Siapa tak kenal Rumah Ulin Arya yang berlokasi di Jalan Teluk Amblung, Samarinda Utara. Dari pusat kota, perjalanan menuju area wisata keluarga itu memakan waktu 30 menit atau sekitar 16 kilometer.
Rumah Ulin Arya menyimpan beraneka macam wahana keren. Mulai dari boot camp sampai arena outbound. Lalu, yang jadi magnet wisatawan lokal maupun luar daerah, adalah mini farm dan botanical garden.
Semua wahana itu terbentang di lahan seluas 4 hektar. Penggagas Rumah Ulin Arya Sheila Achmad bercerita tentang awal berdiri tempat wisata alam itu.
Obsesinya terhadap kayu ulin, mengawali kisah Sheila. Ulin adalah jenis kayu asli Indonesia, yang sering ditemukan di Kaltim. Tinggi pohon ini mencapai 30,35 meter dan diameter setinggi dada (dbh) 60-120 cm.
Kayu ulin dikenal sangat kuat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai pondasi, bahan bangunan, perkapalan, atap rumah dan kusen pintu.
Keluarga Sheila membangun rumah panggung dari kayu ulin pada 2008 lalu, sebelum lokasi itu terkenal dengan nama Rumah Ulin Arya. Suasana yang sejuk, membuat wanita itu betah berlama-lama di sana.
Sheila yang hobi merawat tanaman dan hewan, kerap membawa peliharaannya ke lokasi buatan keluarganya itu. Kemudian, tempat favorit Sheila itu terendus komunitas fotografi. Pemandangan yang asri dan hijau, jadi target para fotografer mengabadikan momen.
Singkat cerita, enam tahun kemudian Sheila mulai berani membuka wadah bersantainya untuk dikunjungi masyarakat. Tercetuslah nama Rumah Ulin Arya. Tak disangka, banyak perusahaan di Kaltim memanfaatkan fasilitas di Rumah Ulin Arya sebagai tempat gathering atau pertemuan.
“Saat itu mulai ramai karena tempat gathering hampir tidak ada di Samarinda, jadi terkenalnya kami karena itu (gathering),” ungkap CEO Rumah Ulin Arya itu.
Berangkat dari hal tersebut, Sheila mulai mengembangkan bisnis pada Rumah Ulin Arya. Hampir setiap tahun, dia menambahkan fasilitas agar wadah wisata yang dikelolanya tampak lebih menyenangkan.
Seperti perpustakaan hingga kolam renang. Mini farm dan botanical garden dibangun untuk menumbuhkan kecintaan pengunjung terhadap flora dan fauna.
Terdapat 14 jenis satwa yang hidup dan berkembang biak di dalam mini farm. Bahkan sekitar 500 jenis tanaman hias yang tumbuh di berbagai belahan dunia juga ada dalam ruang botanical garden. Ukurannya pun tidak seperti tanaman hias rumahan.
Selain itu, terdapat berbagai sarana lain yang dapat digunakan untuk pertemuan maupun acara formal. Mulai dari gazebo untuk kegiatan yang ingin digelar secara outdoor. Sampai ruangan rapat yang memadukan interior perkantoran dengan suasana alam.
“Ruangan ini memang kami khususkan untuk pertemuan yang lebih tertutup. Ruangannya bisa menampung 50 orang, tapi karena pandemi kami membatasi sampai 25 orang saja,” bebernya.
Paling menarik, di Rumah Ulin Arya tersedia kuda. Meski hanya satu ekor, pengunjung tetap bisa merasakan sensasi mengendarai kuda secara bergantian. Dalam waktu dekat juga, pengelola akan menambah jumlah kuda di Rumah Ulin Arya, dengan kehadiran kuda belang.
Pengelola Rumah Ulin Arya hanya mematok biaya Rp 70.000 per orang untuk menikmati semua fasilitas yang ada. Namun, jika pengunjung ingin menikmati kolam renang akan dikenakan biaya sebesar Rp 30.000 per orang. Khusus anak-anak dibawah 4 tahun tidak dikenakan biaya masuk.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim, Sri Wahyuni, pernah menyempatkan diri berkeliling di Rumah Ulin Arya, di sela-sela kegiatan bincang-bincang pariwisata bersama awak media pada Rabu (7/4/2021) lalu.
Menurutnya, wisata buatan seperti ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Dia menyoroti salah satu ruang pertemuan yang tersedia di Rumah Ulin Arya. Ruangan tersebut, katanya, bisa digunakan untuk menggelar pertemuan dengan Duta Besar atau Konsulat Jenderal dari negara sahabat.
“Di situlah kami bisa menarik minat wisatawan mancanegara nantinya. Sebelum pertemuan, nanti akan kami ajak mereka melihat keindahan di Pulau Borneo yang terangkum disini (Rumah Ulin Arya),” imbuhnya.
Mantan Kepala Dispar Kutai Kartanegara itu menerangkan, Rumah Ulin Arya dapat disandingkan dengan destinasi wisata seperti di Desa Budaya Pampang, Samarinda Utara.
Sehingga hal tersebut akan menjadi rujukan bagi pihaknya dalam mempromosikan pariwisata Kaltim di kancah nasional maupun internasional.
“Saya sudah dapat referensi nih, selain kapal wisata ada tempat representatif lagi untuk pertemuan seperti di Rumah Ulin Arya. Tentu kami siap membantu untuk mempromosikannya nanti,” pungkasnya.